Feeds:
Pos
Komentar

Archive for the ‘Dunia Farmasi’ Category

Apa sih cumlaude itu…?? Cumlaude adalah gelar kehormatan Latin yang diberikan kepada pelajar sarjana dan pascasarjana yang meraih pencapaian akademik yang berbeda dan bisanya tertulis di ijazah. Gelar cumlaude berarti “dengan kehormatan” atau “dengan pujian”. Gelar lainnya adalah magna cumlaude (“dengan pujian/kehormatan besar”) dan summa cumlaude (“dengan kehormatan/pujian tertinggi”)..

Menjelang yudisium begini,, banyak mahasiswa yang meributkan apakah IPKnya cumlaude atau tidak dan berusaha setengah mati supaya bisa cumlaude. Ketika diadakan remidi kemaren,, banyak teman seangkatanku yang ikut ujian remidi hanya untuk mengubah nilai yang sudah B menjadi A dan diharapkan dapat menaikkan IPK… Well,, jangan timpuk aku pake pos ronda dulu… Emang seperti itulah kenyataannya… Bukan tak bersyukur memiliki nilai bagus (well,, B termasuk oke kan…?),, tapi yang mereka kejar memang gelar cumlaude…

Aku pernah bertanya ke salah satu teman yang mati-matian ikut remidi beberapa mata kuliah,, “Kenapa sebegitu ngototnya ingin cumlaude?”.. Dan dia menjawab: biar gampang dapet kerja… Dan ada pula yang menjawab,, biar pas wisuda,, bisa ngerasain dipindahin kucirnya ma rektor/dekan… oh, well… *geleng-geleng ga ngerti*

Permasalahannya adalah: benarkah ada persamaan yang menyebutkan IPK cumlaude = gampang dapet kerja…I dont think so… Let’s see… contoh paling terdekat adalah kakakku,, berIPK cumlaude lulusan Teknik Kimia UGM tak membuatnya gampang dapet kerja.. Sempat ia menganggur sekian waktu,, hingga akhirnya dapat pekerjaan.. Contoh lain,, pernah mendengar berita lulusan sebuah perguruan tinggi ternama berIPK cumlaude yang ternyata bekerja hanya sebagai cleaning service…?

Mungkin ada yang akan bilang: mau IPK cumlaude atau tidak,, yang namanya nasib sapa yang tau… That’s it…! Tadi aku baru saja membaca sebuah artikel tentang seorang OB yang kini menjabat menjadi seorang Vice President Citibank…! Tentu tak hanya sekedar nasib,, ada sebuah perjuangan ekstra keras untuk bisa mencapai posisi spektakuler macam itu… Dan kuncinya hanya dua: jangan pernah malu bertanya dan jangan berhenti berusaha…

So,, untuk bisa sukses di dunia kerja tidak hanya sekedar memiliki IPK cumlaude… Well,, ya untuk masuk ke dunia kerja IPK kita tentu harus bisa bersaing.. Tapi aku rasa,, ada banyak nilai yang lebih bisa diukur selain hanya dengan cumlaude.. Apalagi di jaman sekarang,, dimana nilai ESQ mulai diutamakan… Sikap kerja keras, jujur, tak kenal menyerah, selalu berusaha, dan pandai bekerja sama jelas lebih diutamakan.. Sebab,, tempat belajar sesungguhnya adalah pada saat kita kerja… Dan di dunia itulah,, aku mau mendapatkan “titel cumlaude”… Oh,, dan yang pasti NASIB memang memegang kunci… Sebab rejeki kan memang sudah diatur oleh-Nya…

Dan akhirnya… Happy Graduation…!!!! Perjuangan kita baru dimulai… Bismillah…

Read Full Post »

Awas Skripsi…!!

Coba tebak,, apa kata yang menjadi musuh terbesar bagi mahasiswa semester 8 akhir-akhir ini…? Kalo kamu menjawab, skripsi,, well… welcome to the club….

Skripsi, Skripsong, Skripsweet, S*****I, atau apapun namanya sudah menjadi hal nomor satu yang ada di kepalaku sekarang ini. Jadi ingat lagunya Maia: Aku mau makan, ku ingat skripsi. Aku mau tidur, ku ingat skripsi, Aku mau mandi, ku ingat skripsi. Huff.. kalo kata temenku, gara-gara skripsi, makan jadi ga enak tidur pun tak nyenyak. Untung itu ga terjadi ma aku. Mau ada skripsi kek kagak kek, makan enak-enak aja, tidur pun selalu nyenyak… Hahahaha…

Skripsi agaknya sudah menjadi momok menakutkan buat beberapa orang. Membaca status beberapa teman di Facebook yang pusing-pusing soal skripsi cukup membuatku geregetan sendiri dan akhirnya bersama sepupuku kita menjadikan kata ‘skripsi’ setara dengan kata porno yang tidak layak diucapkan. Dua orang yang udah eneg banget menghadapi 6 huruf ini. Pingin rasanya mencabut kata ‘skripsi’ ini dari Kamus Besar Bahasa Indonesia segede batako yang sering aku ambil dari perpustakaan SD buat ngerjain karangan sebagai bentuk hukuman.

Aku sebel banget kalo ada yang tanya: “skripsinya dah nyampe mana?”, “mau lulus kapan?”, “dah BAB berapa ni?”… Ggrrrhhhh….. Pingin aku gigit tu orang yang nanya. Kesel. Sebel. Sensi. Sekaligus menjerit dalam hati: “Huaaaaaaaa SKRIPSIKUUUUUU….!!!”. Pagi ini aku dibangunin suara ‘merdu’ emakku yang bertanya: “skripsimu gimana? Dikerjain,, jangan maen terus,, belanja mulu… bla bla bla” (sisanya aku ga dengerin. Hpnya aku taruh di kasur,, aku tinggal pipis).

Aku inget dulu aku pernah nulis status di Facebook,, “Betapa mahal harga yang harus aku bayar untuk sebuah skripsi”. And YES it’s true… And YES I still feel it. Secara materi, jelas. Hitung saja berapa harga yang harus orang tuaku bayar untuk pendidikan S1 ku dari mulai semester 1 ampe semester bangkotan kayak gini. Belum lagi membayar hidup di Jogja yang totalnya aja melebihi biaya kuliahku (padahal sapa juga yang pengen hidup di Jogja? Sumpek!). Harga mahal secara materi itu masih harus ditambah lagi dengan mahalnya harga lain yang harus aku bayar. Waktuku bersama keluarga. Untuk bisa mendapat pendidikan S1 ini, aku harus keluar dari rumah ternyamanku, pergi meninggalkan orang-orang ternyamanku untuk tinggal di Jogja LONELY. Kalo inget awal-awal dulu nge-kos,, huu nangis mulu bawaannya. Kangen rumah, kangen emak babe. Ampe sekarang juga masih si… hehehehe,,

Untuk skripsi aku juga kehilangan sahabat-sahabatku yang aku kenal dari Semester 1. Kesibukan, teman baru, pergaulan baru, lingkungan baru memisahkan aku dengan sahabat-sahabat yang bahkan dulu menjadi teman seperantauan dan seperjuangan. Sahabat berbagi cerita, berbagi canda kini tak lagi ada. Dulu aku pernah berpikir: Andai bisa balik ke masa lalu, Andai bisa kayak dulu, Andai dan Andai…. Tapi aku sadar aku ga akan bisa balik ke masa lalu. Past is still and always be the past. Yang aku bisa lakukan sekarang hanya MOVE ON…! Aku harus maju dan melanjutkan hidupku sendiri,, although I have to be LONELY… Memang kau yang takkan bisa, memeluk diriku seterusnya. Harus ku sadari itu…

Dan terakhir ini, aku juga harus kehilangan cowokku. Belum sempat kami merayakan 1 tahun jadian, hubungan ini ikut berakhir juga. Sedih, pasti. Kecewa, marah, benci campur jadi satu. Entah kenapa, dari dulu aku selalu membenci perpisahan. Dulu aku bisa nangis seharian hanya gara-gara pembantu yang sudah ngerawat aku dari kecil harus pensiun. Atau guru les yang dah mengajari aku juga harus berhenti ngajar. Atau sahabat masa kecilku harus pindah ke Malang dan aku tidak pernah bertemu dengannya lagi. Perpisahan buatku selalu menjadi hal yang menakutkan. Tapi pahitnya kenyataan perpisahan harus aku hadapi demi kenyataan lain: aku ga bisa jadi penghalang mimpi orang lain terlebih mimpi orang yang aku sayang. Jadi aku memilih untuk pergi dan membayar harga mahal untuk skripsi (again). Tapi ya sudahlah, aku saat ini sedang dalam tahap berdamai dengan kenyataan. Tak selamanya aku memaksakan kehendakku dan merugikan orang lain. Aku harap inilah harga terakhir yang harus aku bayar untuk skripsiku.

Kini aku juga harus berdamai dengan kata skripsi ini, demi mimpiku memperpanjang nama gelar S.Farm, Apt. Demi mimpiku membahagiakan orang tuaku dan melihat kebanggaan di mata mereka terhadapku. Takkan kubiarkan apapun dan siapapun akan menghalangiku. Kan kuhadapi kau wahai skripsi meski harus kuhadapi sendiri…. *on fire*

Hmm…. tapi kayaknya untuk saat ini aku harus berperang antara keinginanku maen The Sims dengan keharusanku menyelesaikan skripsi… hohohoho… Let’s see, who’s the winner…?

Read Full Post »

Tentang Yogyakarta

Jogja adalah rumah kedua untukku. Bahkan kalau mau jujur, 3 tahun belakangan ini aku justru lebih sering menghabiskan waktu di jogja. Lebih karena alasan “mau tak mau” sebenarnya. Selepas SMA, aku melanjutkan kuliah di UGM. Dan aku tak butuh waktu lama untuk bisa merasakan kenyamanan di kota ini, mungkin karena dulu kakakku pun kuliah disini jadi aku lumayan sering ke kotanya Sri Sultan Hamengku Buwono ini.

Tak heran bila Jogja disebut sebagai kota pelajar. Di kota ini banyak banget universitas, sekolah tinggi, akademi, bahkan kursus-kursus yang bertebaran dimana-mana. Ga heran kalo menjamur pula fasilitas-fasilitas untuk mahasiswa/i yang merantau disini (baca: anak kos). Mulai dari kos-kosan super mewah dengan AC, bed cover, pembantu pribadi, kamar mandi dalem ampe kos-kosan menderita yang sulit dibedakan dengan gudang saking berantakannya. Belum lagi layanan ‘positif’ kayak laundry, warnet, rental komputer ampe layanan ‘negatif’ kayak game online,  rental vcd dan lain-lain. Ah ngomong-ngomong soal rental vcd,, ada kegilaan (ato kedodolan??) yang pernah dilakukan aku dan teman-teman sekosku. Waktu itu, kami berenam-makhluk manis pembuat rusuh di kos-kosan-abis pulang makan malam sekitar jam 7 nongkrong dengan tanpa dosa di ruang makan. Tiba-tiba salah satu teman bilang dia baru pinjem vcd American Pie 6 dan mengajak kami nonton. Okelah kalau begitu, ga ada kerjaan juga akhirnya kita nonton film itu. Selesai nonton, salah satu dari kami pingin nonton film lain, karena belum ngantuk, katanya (padahal mataku dah kliyer2 gara-gara kemaren malamnya begadang bikin laporan). Alhasil, kami memutuskan untuk pinjem film lain di rental. Diutuslah dua anak perwakilan dari kami untuk pinjem vcd ke rental Wahana di Jakal. Ga berapa lama mereka balik sambil cengar-cengir penuh arti. Mereka langsung ngeluarin vcd yang mereka bawa. Ada dua vcd dan dua-duanya bergambar artis cowok Korea yang maen di Full House, Rain (tau ga,, itu lho Justin T-nya Asia).  1 vcd berjudul March, 1-nya lagi April. Lha bingung lah kita,, kok malah jadi pinjem film Korea ga jelas,, berbau bulan gitu juga. Ceritanya tentang apa nih,, kita ribut menginterogasi mereka. Tapi dengan santainya mereka bilang, udah nonton aja (tetep sambil cengar-cengir,, gimana ga curiga kita?). Dan begitu disetel,, taraaaaaaa….. Ternyata vcd yang mereka pinjem adalah film BOKEP…!!! Astaga,, ngakak-lah kami semua. Dan dodolnya, bukannya langsung matiin dan bertobat, kami malah melanjutkan nonton sampai akhirnya jijik sendiri. Hahaha,, pengalaman dodol kan…?? Pernah mengalami juga…??

Selain dikenal dengan kota pelajar, Jogja juga terkenal dengan beragam objek wisatanya, mulai dari Pantai Parangtritis, Pantai Depok, dan pantai-pantai lain, Kraton, Tamansari, Candi Prambanan (walaupun aku baru tahu kalo Prambanan tu dah masuk Klaten ya…?? hihihihi), ampe trade mark-nya Jogja, Malioboro. Kayaknya orang yang belum pernah menginjakkan kaki di Jogja pun pasti kenal (at least, pernah denger lah) soal Malioboro yang jadi pusat belanja di Jogja. Aku inget dulu pernah ngakak ma temen kos waktu nonton sinetron dengan setting Jogja. Waktu itu ceritanya si tokoh cewek baru dateng dari antah berantah dan nyampe di stasiun Tugu. Lucunya, begitu keluar dari stasiun Tugu, berdiri di Jl. Mangkubumi, dia bisa ngeliat orang yang (pura-puranya) jadi kenalannya yang waktu itu lagi asik makan di Jl. Malioboro…!!! Aneh banget,, kan…?? emang bisa nembus rel kereta apinya mbak…?? Ga cuma gitu aja, bahkan diceritain juga si tokoh ini berjalan dari Kraton dan tau-tau dah nyampe Amplas…!! Astaga mbak,, kakinya ga copot tuh,, jalan sejauh itu… Aduh mbok para produksi sinetron tu kalo bikin cerita agak waras sedikit lah. Kalo jalan dari Kraton ampe Amplas gitu, nyampe kagak,, pingsan di tempat iya. Lha ni digambarin malah si tokohnya babar blas ga keringeten.

Ada pantai di Jogja yang aku pengen ceritain. Yang satu adalah Pantai Kukup dan yang satunya adalah Pantai Sundak. Kedua pantai ini letaknya di Gunung Kidul. Kalo mau kesana,, kudu rela menempuh perjalanan 2 jam dari sekitar UGM. Jauh banget cing,, ga kayak di Cilacap mau ke laut tinggal 5 menit naek motor aja nyampe. Tapi jangan samakan dengan pantai di Cilacap yang kotor banget, kedua pantai ini indaaaaahhhh banget. Airnya masih jernih,, kita bisa liat ikan-ikan kecil renang gitu, pasirnya juga pasir putih. Jalan ampe agak ke tengah laut pun bisa (ni beneran lho,, dengan catetan pas lagi surut…hihihihi). Pernah ke Bali liat Tanah Lot,, oke ga usahlah ke Bali. Paling enggak pernah liat Tanah Lot di tivi kan…?? Nah di Pantai Kukup ada semacam Tanah Lot gitu,, tapi sayangnya beda ma di Bali,, kita ga bisa naik ke” Tanah Lot wannabe” itu,, apalagi menjumpai ular putih di sono. Pokoknya cantik banget deh. Buat foto pre-wed oke nih kayaknya. Hahahaha,, Duh,, jadi pingin kesana lagi.

Kota ini memang bisa membuatku nyaman, disinilah aku belajar. Tidak hanya dari bangku perkuliahan, tapi juga soal kehidupan. Aku tak punya tempat bergantung disini (baca: keluarga), aku harus jadi anak kos yang semua harus aku pikirkan dan kulakukan sendiri. Aku belajar mandiri, belajar untuk ga egois, belajar lebih dewasa, belajar menentukan pilihan, membuat keputusan. Bersyukurlah aku, punya banyak teman seperjuangan yang bisa memelukku ketika aku kesepian dan tertawa bersamaku. Teman yang selalu ada memang teman yang ada saat suka dan duka, betul kan…??

Cinta ma Jogja…?? Hmmm,, bingung juga kalo ditanya gitu. Abis Jogja juga sering macet euy. Apalagi kalo sekitar jam 4 gitu. Bikin emosi deh,, bersaing ma ‘kompor’ (sejenis angkot tapi dah tinggal besi ma mesin doang. Kalo naek angkot tu berasa kayak di kompor,, panaaaaassss), becak, motor laen yang saling ga mau ngalah, dan mobil beraneka rupa. Belum lagi, tingkat polusi kendaraannya yang naudzubillah. Biar kata dah pake peralatan tempur (masker, sarung tangan, kaos kaki) tetep aja,, panasnya nyiksa. Huff,, kalo dah gitu bisakah dibilang aku mencintai Jogja…?? Sepertinya tidak.

Tapi,, ada pepatah Jawa yang bilang: witing tresno jalaran seko kulino. Ya,, mungkin saking lamanya aku menghabiskan waktu di Jogja,, aku jadi ‘kulino’ dengan kota ini. Dengan polusinya, ramainya, kesibukannya, dengan makanan penyetan berjejer memanjakan perut ala anak kos ini, dengan kehidupan ala kota yang tak kujumpai di kota kecil Cilacapku tercinta. Terkadang, kalo aku sedang liburan lama di Cilacap, aku sering merindukan suasana kos dan kampus, 2 tempat aku menghabiskan waktu sehari-hari di Jogja (selain mal dan toko buku tentunya. hehehehe). Bangun pagi, nyetel mp3 di laptop, nyapu kamar sambil nyanyi dan joget2 sendiri. Terkadang diomelin anak kos lain karena nyetel mp3nya terlalu keras. Berangkat kuliah, ngantuk-ngantuk ndengerin dosen, susah payah ngerjain tugas, begadang ngerjain laporan dan belajar buat ujian. Malemnya nyari maem ma anak-anak kos (ato ma pacar… hehehe),, bertukar gosip ma ibu kos. Kehidupan yang rutin aku jalani dan sedang aku rindukan saat ini. Maybe I dont love Jogja YET,, but I will do (hope so)..

Jadi teringat lagunya Kla Project, Yogyakarta…

Pulang ke kotamu, ada setangkup haru dalam rindu
Masih seperti dulu, tiap sudut menyapaku bersahabat penuh selaksa makna
Terhanyut aku akan nostalgi saat kita sering luangkan waktu
Nikmati bersama suasana Jogja

Di persimpangan, langkahku terhenti
Ramai kaki lima menjajakan sajian khas berselera, orang duduk bersila
Musisi jalanan mulai beraksi seiring laraku kehilanganmu
Merintih sendiri, di tengah deru kotamu

Musisi jalanan mulai beraksi
Merintih sendiri, di tengah deru

Walau kini kau telah tiada tak kembali
Namun kotamu hadirkan senyummu abadi
Izinkanlah aku untuk selalu pulang lagi
Bila hati mulai sepi tanpa terobati

Walau kini engkau telah tiada tak kembali
Namun kotamu hadirkan senyummu
Senyummu abadi, abadi


Ah,, tapi ada satu yang aku ga suka dari Jogja yaitu makanan khasnya, Gudeg… Beuuuuhhhhh,, NO WAY…!!!!

Read Full Post »

Kali ini aku pengen cerita tentang perjalananku selama KKL di purwokerto-jakarta-bandung dari tanggal 19 – 23 Januari 2010 kemaren… Perjalanan yang menyenangkan dan memberi motivasi lebih, paling enggak untukku…

Pasukan FKK '06Apa sih KKL tu…??

KKL adalah Kuliah Kerja Lapangan. Walopun namanya terdengar sangar dan dahsyat tapi bayangkan sajalah seperti kegiatan study tour dulu waktu jaman SD SMP dan SMA. Tak jauh beda, walaupun untuk tour yang kali ini lebih bersifat “study” ketimbang study tour jaman sekolah dulu. KKL ini merupakan kegiatan rutin yang dilakukan oleh tiap angkatan di Fakultas Farmasi UGM. Objek kunjungan, acara, dana semua dipikir oleh anak-anak dari angkatan yang mau mengadakan KKL itu sendiri. Walopun mendapat bantuan dana dari Fakultas, tapi tentu saja tak seberapa. Kami masih memungut iuran dari masing-masing anak yang mau ikutan. Dan untuk meringankan beban iuran supaya tidak terlalu besar, ada panitia DaNus yang kerja keras mencari dana tambahan, dan aku masuk dalam panitia tersebut. Berbagai macam hal kami lakukan untuk mendapat dana. Dari mulai jualan kertas bekas, baju bekas, makanan, bikin jaket angkatan, pin, jas lab, dan lain-lain. Alhamdulilah,, kerja keras kami berbuah hasil. Walaupun tak seberapa, dana dari DaNus mampu mengurangi sedikit beban teman-teman kami.

1st day: RS Margono Purwokerto

Perjalanan kami dimulai tanggal 19 Januari 2010, berangkat dari kampus jam 7 pagi untuk menempuh perjalanan menuju our first destination, Rumah Sakit Margono Purwokerto. Di RS Margono kami disambut sama kepala Instalasi Farmasi di sana. Bapaknya lucu, gendut putih gitu. Namanya Pak Budi. Dan ada satu lagi bapak-bapak. Aku lupa si dia njabat sebagai apa tapi kayaknya si salah satu orang penting di RS Margono. Kita nyebut beliau sebagai Pak Bimbo,, abis mirip ma personel Bimbo gitu, suara maupun jenggotnya. hehehehe,,

Abis mendapat penjelasan singkat ‘yang pada kenyataannya ga singkat’,, kami diajak touring menyusuri lorong-lorong di RS Margono. Kesan pertama, “ni RS angker banget”. Serius deh,, terkesan bangunan tua banget (dan emang dah tua si). Yang paling berkesan adalah waktu kami diajak melihat gudang perbekalan farmasi di RS tersebut. Masih baru banget, belum tertata rapi (coz baru pindahan gitu katanya). Gudangnya Luaaaaaassssss banget dan 3 lantai. Keren deh.

Dan kunjungan kami ditutup dengan foto bersama Pak Budi, 2 dosen pembimbing kami, dan tentu saja anak-anak FKK ’06 yang narsis abis. Sayang,, pak Bimbo ga ikutan foto ya… hehehehe

2nd day: RS Dharmais Jakarta – BPOM – Kick Andy

Habis dari RS Margono, kami langsung capcus ke Jakarta. Tidur di bis yang super duper mini emang ga nyaman. Banyak temen-temen yang ngeluh,, aku sendiri juga ngrasa kayak dilipet-lipet jadi 6 saking pegelnya. Tapi apapun kondisinya, tak menghalangiku untuk tidur nyenyak. Bahkan temen sebangkuku ampe bilang: “Indah gampang banget molornya…”

Anyway,, kami nyampe di Jakarta jam 4 pagi dan langsung dibawa ke penginapan yaitu di Wisma Haji Pondok Gede Jakarta Timur. Sempet istirahat bentar, jam 8 kami capcus lagi ke RS Dharmais. Selama di perjalanan,, aku ber-ndeso-ndeso-ria ngeliat gedung-gedung tinggi di Jakarta. Bahkan ngeliat jalan tol pun aku berkomen: “hwaaaaa….”. Oke,, itu emang ndeso. Sebodo lah,, tapi aku emang kagum banget ma Jakarta,, pembangunannya oke banget. Gedung-gedung bertingkat, mobil-mobil menuhin jalan, jalan-jalan layang dsb. Keren lah. Kagum lho ya,, bukan berarti pingin tinggal di sono. Buatku masih banyak kota laen yang enak buat ditinggalin (hohoho,,). Hmmmm,, jadi mikir,, melihat jalanan di Jakarta yang penuh dengan mobil,, “kok bisa ya Indonesia dibilang miskin???” Serius deh,, banyak mobil keren seharusnya berarti banyak orang kaya kan…? Tapi kok masih banyak aja ya orang miskin. Ah,, kebanyakan korupsi duit orang si. Makanya yang kaya ya makin kaya,, yang miskin tetep aja miskin. Koruptor,, Go to The Hell aja deh…

Jadi ngelantur,, oke balik ke RS Dharmais. Begitu ngelihat gedungnya aja pasti dah keliatan betapa megahnya ni RS. Dan betul aja,, begitu masuk sama sekali ga nampak kesan rumah sakit yang bau obat dan biasanya angker-angker gimana gitu. Di RS milik Bu Tien Soeharto ini, kami disuguhi pemandangan ala hotel bintang lima serta bau bakery dan mall.

Dan ternyata,, ga cuma bangunannya aja yang keren. Sistem instalasi farmasi disana juga ‘4 jempol’ deh…! Karena sistem gudang dah dibantu ma sistem computerized, maka farmasisnya jadi agak ‘nganggur’,, so mereka mencari kerjaan di ruang inapnya dengan memberikan pelayanan farmasi klinik. So,, kalo fokus di RS Margono masih terpecah antara manajemen obat dan pelayanan farmasi klinik, di RS Dharmais ini fokus utama farmasis lebih ke arah pelayanan farmasi klinik. Kami juga sempet diajak ngeliat proses pencampuran obat kanker. Pencampuran obat kanker memang perlu teknik dan peralatan khusus soalnya bersifat karsinogenik (memicu kanker),, so perlu hati-hati biar si pencampur ga ‘ikut-ikutan’ kena kanker.

Abis dari RS Dharmais, kami lanjut ke Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM). Disana kami hanya mendapat materi seputar pengawasan dan perijinan obat untuk bisa diedarkan. Ternyata ya,, perijinan suatu obat untuk bisa keluar tu ribet banget. Musti penelitian ini lah itu lah. Dan setelah dipasarkan pun juga harus tetap diawasi. Ya iyalah,, kan demi memberikan yang terbaik untuk masyarakat. Sedaaaaapppp…. Di BPOM juga kami sempet dapet snack gratis… beda tu sama di RS Dharmais,, diajak muter-muter tapi ga dikasih maem. Kami kan laper paaaakkkk…. *curhat dikit*

Abis dari BPOM,, tibalah saat yang dinanti… syuting euy,, masuk tipi…!!!! hahahaha,, yup kami meluncur ke studio Metro TV buat syuting Kick Andy. Nyampe disana ternyata dah rame banget, ada mahasiswa/i dari ITS (Institut Teknologi Surabaya), UnPad (Universitas Padjajaran), UMM (Universitas Muhammadiyah Malang), dan UIN Yogyakarta (muup ga tau panjangannya… hehehe). Sempet nunggu agak lama si,, mengingat syuting dimulai jam 7 dan kami datang jam 5. Tapi tak apalah kami sempet foto2 dengan (patungnya) Andy F. Noya. Tetep lah,, narsis dimana saja. hahahaha,,

Episode Kick Andy yang kami tonton berjudul “Peradilan Sesat” menampilkan beberapa narasumber yang semuanya pernah dipenjara karena kesalahan yang ga pernah mereka buat. Ada satu segmen yang paling bikin aku miris. Segmen itu menghadirkan narasumber seorang bapak-bapak (maap namanya lupa) yang waktu Lebaran Idul Fitri kemaren harus kehilangan sang istri. Ceritanya, waktu lagi boncengan naek motor, bapak,ibu, dan anak, tiba-tiba aja mobil di depannya berhenti. Si bapak telat ngerem dan akhirnya mereka jatuh. Bapak dan anak jatuh ke arah kiri, sementara si ibu jatuh ke arah kanan. Naasnya, dari arah kanan ada mobil Panther yang ngelindes si ibu dan meninggal dunialah si ibu tersebut. Yang lebih miris lagi, sopir Panther ini melaporkan si bapak yang notabene adalah suami korban ke polisi dengan tuduhan ‘kelalaian yang menyebabkan seseorang kehilangan nyawa’. What The F**K…!!! (g boleh ngumpat)

Pulang dari Kick Andy sekitar jam 10 malem,, dah tepar banget tuh. Capek, laper, ngantuk. Alhasil nyampe penginapan,,*blek* tertidurlah aku dengan sukses…

3rd day: Kimia Farma – Dufan

Hari berikutnya, kami berkunjung ke Kimia Farma. Dalam perjalanan aku kembali mengulang ke-ndesoan-ku. Kami sempet melewati Gedung MPR/DPR RI, Masjid Istiqlal, Gereja Kathedral, Istana Negara (apa Istana Merdeka ya…? ah sebodo lah,, pokoknya Istana), Monas, dan gedung-gedung lain. Tapi,, begitu nyampe Kimia Farma malah ga ada yang ngeh kalo itu adalah salah satu pabrik farmasi terbesar di Indonesia. Bangunannya dari depan keliatan kayak rumah biasa, kayak rumah bergaya Belanda gitu deh (bukan berarti aku pernah ke Belanda lhoooo….). Tapi begitu ke belakang,, beuhhhh luaaaassss banget. Di Kimia Farma ini kami emang ga diajak keliling industrinya, tapi kami disambut ma Direktur Pemasaran Kimia Farma. Wah,, kehormatan besar bagi kami, tentu saja. Selain dapet ilmu tentang marketing, kami juga sempet dapet demo make-up dan tentu saja make-up gratis… ahahahaha,, asoy deh…!

Dan yang paling ditunggu-tunggu pun tiba, kami meluncur ke DUFAN…!!!!!! Yang paling seru di Dufan adalah pas aku naek wahana Tornado. Seru si tapi sangat mengetes adrenalin. Gimana enggak,, hidup matiku cuma tergantung ma satu tali yang ngiket di bagian sekitar alat vital. beuuuhhh,, pokoknya sepanjang permainan,, teriak “Allahu Akbar” aja deh (walopun sempet ngumpat dikiiiiitttt…. hehehehe). Setelah maen Tornado,, naek wahana Halilintar tu kayak naek Komidi Putar,, ga seru babar blas… *lebay dan sedikit nggaya*

Ada satu kejadian ga mengenakkan di Dufan ini, yaitu pas kami makan malam di sekitar pantai Ancol yang berada persis di belakang Dufan. Hujan duereeeessss banget membuyarkan rencana panitia yang mau ngadain malam keakraban di pantai. Alhasil kami malah ngobrol-ngobrol sambil kedinginan di tempat makan, bahkan temenku ada yang kumat asmanya. Perjuangan menuju bis pun juga ga kalah sulit,, tempat parkir bis banjir dan kami harus menyeberangi air setinggi betis buat sampe ke bis. Dengan celana jins dicincing, tangan pegang payung berangkatlah aku dan temenku menuju bis. Lucunya, tiap ada petir atau gledek,, kami pasti langsung berhenti trus pelukan dan sama-sama teriak: “ Aaaaaaa….. “ Norak banget… hahahahaha.. Tapi syukurlah kami selamat sampai ke bis.

4th day: RS Hasan Sadikin – Shopping Time – Go Home

Jam 7 kami langsung check out menuju Bandung. Tujuan pertama kami adalah RS Hasan Sadikin. Dan menurutku dari semua tempat yang kami datangi, tempat inilah yang paling mengecewakan. Pertama, gedungnya angker banget (ngalah-ngalahin RS Margono) dan yang paling bikin horor adalah di ruangan tempat presentasi itu dipajang foto-foto orang penting di RS situ yang udah meninggal…!!! ngapain coba,, kan malah jadi horor…??  Yang kedua, toiletnya jorooooooookkkk banget (bandingkan ma toilet RS Dharmais yang kayak kamar mandi hotel), ketiga kami ga dikasih snack (ssstttt,, padahal di RS ini biaya masuknya paling mahal…!), keempat kami ga diperbolehkan melihat salah satu sistem pendistribusian obat di RS ini. Kelima karena si ibu yang menjadi guide kami sepertinya mantan atlet sprint 100 meter (ngebut banget cing jalannya), alhasil kami ga sempet mendokumentasikan hal-hal penting di RS ini (baca: foto-foto narsis), dan yang paling ngecewain (bukan ngecewain si tapi yang paling dodol) kami kesasar berulang kali di RS ini. Maluuuu banget diliatin pasiennya, kita bolak balik kayak setrikaan. Beuuuhhh,, ga enak banget deh.

Untungnya kami bisa meloloskan diri dari lembah hitam ini (hahahaha,, lebay), dan kami menuju surganya para wanita: Jalan Riau di Bandung yang merupakan pusat distro disono…!!!! uhuuuiiiiyyy,, it’s shopping time,, baby… Sayangnya,, waktu yang disediain dikit banget. Cuma 1,5 jam cing padahal tu jalan panjangnya ngalah2in jalan malioboro. Mana cukup coba 1,5 jam. Ya sudahlah,, berusaha memanfaatkan waktu yang sedikit itu, aku sempet beli oleh2 kaos dan tas buat aku sendiri. Lumayan lah… hehehehe,,

Dan demikianlah,, selesai sudah perjalanan KKL kami. Ga seperti teman-teman yang pulang ampe Jogja,, aku turun di tengah jalan. Bukan karena tidurku ganggu yang lain,, bukan pula karena diusir oleh teman-teman 1 bis,, tapi aku dijemput ma emak dan babe di Buntu, Banyumas. Dan sampailah aku jam 2 dini hari di Cilacap Bercahaya, my hometown…

Read Full Post »

Guru = Pahlawan tanpa Tanda Jasa (kecuali gaji)Apa sih arti guru untukmu…? seseorang yang memberi kita materi di sekolah,, memberi ujian di akhir materi,, dan memberi nilai di rapor…? hanya sesimpel itu…? ato guru adalah seseorang yang berjasa untukmu,, membimbingmu,, membuatmu yang tadinya TIDAK tahu apa2 menjadi tahu apa2…?

Dulu (dan mungkin sekarang juga masih,, hehehe) aku bukan anak baik2 yang selalu nurut ma guru di sekolah. Aku sering bandel,, bolos,, ngerjain guru (yap,, benar…!),, dan kenakalan-kenakalan laen. Hahaha,, jadi inget aku pernah bolos pengajian di hari SABTU jam setengah tujuh PAGI yang dikasih guru bahasa indonesiaku waktu kelas 2 SMA. Lagian iseng banget sih Pak,, masuk jam 7 aja syukur2 ga telat,, Lha ni malah ngajakin pengajian jam setengah tujuh… (membela diri mode ON) hahahaha.  Bolos, telat, dan berantem dah sering banget aku lakuin,, bahkan guru BK di SMAku ampe hapal. Pernah suatu waktu (aku lagi tobat) masuk ke BK TANPA karena masalah,, dan baru menginjakkan kaki di ruangan BK nan terpojok itu,, tau apa yang dikatain Bu T**S tercinta…?? Dengan kacamata capung nan super gede beliau berkata (dan menuduh) “ Bikin masalah apa lagi kamu…?? “ Oh My God…! kenapa Anda selalu berburuk sangka padaku,, Bu…? ckckckck…

Ada yang pernah bilang,, belum SMA kalo belum ngalamin kenakalan2nya. And that’s ABSOLUTELY RIGHT…!!! kenakalan2 jaman SMA memang menjadi sesuatu yang kita kenang dan asik kita bicarain dengan teman2 ketika ada kesempatan berkumpul. Ngrasani guru menjadi hal yang WAJIB kita lakuin,, hahaha….

Tapi seperti apapun, guru memang ‘pahlawan tanpa tanda jasa’ (yaah,, walaupun menuntut naik gaji dan sebagainya..tapi itu sangat manusiawi dan di luar konteks). Beliau2lah yang mengajari kami membaca, menulis, berhitung di saat TK dan SD dulu hingga sekarang kami bisa membaca jurnal2 in english yang terkadang hanya Tuhan dan pengarangnya saja yang tahu apa maksudnya (hehehe,,). Kami bisa berhitung bahkan tak hanya 1 + 1 = 2 namun juga perhitungan sulit ala integral (well,, aku ga bisa integral sih… that’s why,, aku ga masuk teknik.. hahaha).

Guru secara tak langsung juga membimbingku mengambil keputusan2 sulit dalam hidupku. Terkadang secara tak sadar who i am right now juga atas campur tangan guru2. Aku menjadi suka kimia karena guru kimia di SMA yang cantik dan jadi idola anak2 cowok (hehehe,,) dan akhirnya berangkat dari kesukaanku ma kimia itulah aku masuk jurusan Farmasi,, dan akhirnya now i’m proud to be PHARMACIST.

Ada seorang teman calon guru dan sedang latihan mengajar di SMA mengeluh,, murid2nya suka berisik sendiri di kelas jadi dia merasa (sedikit) tidak dihargai. Jlep…! jujur aja,, aku jadi teringat seperti apa dulu aku waktu SMA. Ga jauh beda, terkadang ketika guru begitu membosankan cara mengajarnya atau materinya tidak menarik minat aku juga suka ribut sendiri ma temen2. Tanpa aku sadari bahwa beliau menjadi merasa tak dihargai karena ulahku. Padahal beliau sudah susah payah mengajar demi kita,, dan apa balasan kita…?? ahhh,, malu rasanya. Perasaan malu ini juga aku rasakan ketika ada dosen muda (cakep!) di kampus bercerita beliau tinggal di Solo dan TIAP HARI berangkat dari Solo jam 5 lebih hanya untuk mengajar kuliah jam 7 di kelasku (dan beliau TIDAK pernah terlambat). Tapi apa yang dilakukan mahasiswanya..? datang telat dan setelah datang pun hanya membuat kelas menjadi berisik dengan “kuliahnya sendiri”. Begitu inspiringnya nih dosen sampe2 seorang teman mencantumkannya di status facebooknya dan banyak yang setuju dan kagum dengan dosen muda cakep dan sudah S3 ni…

Jadi,, guru… seperti apakah ia buatmu…? hanya 4 huruf tak berarti yang pernah ada dan hilang begitu saja dari hidupmu karena tak berartinya beliau…? ato 4 huruf yang tersusun indah membentuk kata yang memberikan sentuhan penting dari hidupmu…?

Untukku sendiri,, guru adalah salah satu my inspiring person in my life. Tak hanya mengajariku pelajaran di sekolah, tapi juga pelajaran hidup. Tak segan beliau menegur dan menghukum jika ada muridnya yang salah hanya karena beliau tak ingin kita berada di jalan yang salah selamanya. Tak segan pula beliau memuji atas apa yang kita lakukan karena beliau ingin membangkitkan semangat kita bahwa kita bisa jika kita mau. Ga heran banyak lagu tercipta untuk memberikan penghargaan atas jasa guru. Karena guru adalah digugu lan ditiru…

Terima kasihku kuucapkan… pada guruku yang tulus… ilmu yang berguna slalu dilimpahkan…

Guru bak pelita penerang dalam gulita. Jasamu tiada tara….

Terpujilah wahai engkau ibu bapak guru… namamu akan selalu hidup dalam sanubariku…

Read Full Post »

Aku pernah membaca sebuah note yang ditulis teman berjudul “Setengah semester tujuh”. Sebuah inspiring note yang menggugah kembali semangat kami (farmasis_ers) untuk berjuang di akhir2 kuliah seperti ini. Sedih juga sih membayangkan semester depan kita ga akan belajar di suatu ruangan kayak gini lagi. Ngrumpi bareng di pojokan kelas, makan bareng di kantin, praktikum bareng, dengerin kuliah sambil ngantuk (dan tidur upppss…hehehe). Ribut bahas makalah, jurnal, laporan, kasus, dan semua tugas2, belajar bareng waktu ujian, ketawa bareng, capek bareng, nangis bareng, happy bareng, (kepanasan bareng… hahaha).

Setengah semester tujuh, betapa cepat waktu berlalu. Masih terbayang saat dulu masih bingung menentukan jurusan kuliah. Ga tau mau ambil jurusan apa dan berkonflik dengan SELURUH keluarga besar karena aku ngotot ga mau masuk kedokteran (i’m sorry…). dan pencerahan dateng dari tentorku di bimbel (thx Mas Yudi… ^_^), beliau lah yang mencetuskan dan sekaligus menyemangatiku agar aku mengambil jurusan di Farmasi UGM. Sempet pesimis juga melihat sainganku banyak banget dan pinter2. Ah sudahlah, yg penting usaha dan berdoa, pikirku waktu itu. Saat ngerjain UM, bener2 nothing to lose. Lha abis ujian aja langsung shopping di mall malioboro kok. Hahahaha,, bener2 ga mikirin soal UM sama sekali. Ketika pengumuman UM pun aku diberitahu temen kalo aku keterima masuk, padahal waktu itu aku dah pesimis banget bakal lolos UM. Yihiiii,, seneng lah yang pasti walaupun jujur ga ada bayangan kuliah Farmasi tu kayak apa ya…

Berbagai masalah dialami sepanjang menjalani kehidupan di “kota orang”. Kemandirian sedikit demi sedikit diasah, walaupun masih harus banyak belajar. Walaupun banyak yang bilang hidup anak kos tu menderita,, tapi ga kok. Enak juga jadi anak kos, apalagi aku yang terbiasa hidup di rumah ga ada temen. Belajar menghargai keinginan orang lain, belajar ga egois, belajar mengatasi masalah sendiri.  Di kos juga lah aku mendapat “adek” dan “kakak” baru yang saling curhat, ngrumpi bareng, makan bareng, nonton bareng (termasuk nonton film xxx.. hahahaha).

Kehidupan di kampus Farmasi tercinta pun ga kalah seru. Banyak pelajaran yang diambil, ga hanya tentang obat-obatan tapi juga pelajaran tentang kehidupan. Disinilah aku menemukan sahabat-sahabat terbaikku, teman seperjuanganku. Senang sedih kita jalanin bareng-bareng, mengangkat ketika ada yang sedang down, dan menundukkan kembali ketika ada yang sedang merasa “tinggi”. Mereka pulalah yang membantuku belajar untuk lebih baik, tidak segan-segan menegurku ketika ada sikapku yang salah, membuatku menjadi lebih dewasa.

“Setengah semester tujuh”, note itu kembali menyadarkanku dan bertanya ke diriku sendiri. Apa yang sudah aku lakukan selama 3,5 tahun aku kuliah (dan 21 tahun aku hidup) ini…? adakah yang sudah aku lakukan untuk sedikit saja membalas semua yang sudah diberikan bapak ibu untukku…? adakah pelajaran yang aku petik hikmahnya selama ini…? atau aku hanya terbelenggu dalam keegoisan, menganggap diri yang terbaik, dan menutup mata hati telinga dari kritikan orang lain…?

Dalam hitungan hari, umurku akan menginjak angka 21. Angka yang menunjukkan kedewasaan di berbagai negara, tapi adakah kedewasaan itu padaku…? instropeksi diri mutlak diperlukan, walaupun tentu saja kritikan sangat diharapkan. Aku hanya manusia biasa, penuh dengan segala keterbatasan. Aku akan berbuat semaksimal mungkin yang aku bisa, berusaha menjadi yang terbaik untuk semua. Walaupun dengan sedih dan menyesal aku katakan,, AKU MEMANG TAK SEMPURNA… ^_^

Read Full Post »